iklan

Menyusun Pagragraf Yang Baik

1). paragraf dengan kalimat topik pada akhir paragraf

     Salah satu akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu, sehingga kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah utama. Ironisnya, adanya kenaikan jumlah kebutuhan energi listrik tersebut tidak diimbangi dengan persediaan energi listrik yang memadai. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang dibuktikan dengan kebijakan pemadaman listrik secara bergilir maupun kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Jika dicermati, krisis persediaan energi listrik berjalan seiring dengan krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Di Indonesia, misalnya, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih mayoritas disuplai dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil seperti PLTU Paiton yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU yang menjadi sentral pembangkit listrik untuk Jawa-Bali tersebut mutlak bergantung pada batu bara. Kenyataan tersebut cukup ironis sebab persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya, semakin menipis. Fakta menunjukkan, sepanjang 2008 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke lima di dunia, cadangan bahan bakar fosil relatif kecil. Dengan demikian, konsumsi energi batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan.

a. Kesatuan paragraf (kesatuan pikiran)
Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Akan tetapi, seluruhnya harus merupakan kesatuan, tidak satu kalimat pun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang maka kesatuan paragraf  rusak. Dalam paragraf ini sudah memiliki kesatuan paragraf dimana terdapt satu kalimat utama yaitu konsumsi energi batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan. Dan kalimat lainnya sebagai kalimat penjelas.

b.   Kepaduan paragraf
Paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang berhubungan logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk parallel.
 1)  Pengulangan kata kunci
 Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci (sinonimnya) yang telah disebutkan dalam kalimat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan pengulangan itu, paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak. 

 Contoh:
     Salah satu akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu, sehingga kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah utama. Ironisnya, adanya kenaikan jumlah kebutuhan energi listrik tersebut tidak diimbangi dengan persediaan energi listrik yang memadai. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang dibuktikan dengan kebijakan pemadaman listrik secara bergilir maupun kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Jika dicermati, krisis persediaan energi listrik berjalan seiring dengan krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Di Indonesia, misalnya, pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia masih mayoritas disuplai dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil seperti PLTU Paiton yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU yang menjadi sentral pembangkit energi listrik untuk Jawa-Bali tersebut mutlak bergantung pada batu bara. Kenyataan tersebut cukup ironis sebab persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya, semakin menipis untuk kebutuhan pembangkit energi listrik. Fakta menunjukkan, sepanjang 2008 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke lima di dunia, cadangan bahan bakar fosil relatif kecil. Dengan demikian, konsumsi energi listrik hasil dari batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan.

Kata kunci paragraf di atas yaitu energ listriki. Kata itu diulang pada setiap kalimat. Dalam paragraf kata kunci berfungsi untuk mengikat makna sehingga menghasilkan paragraf yang jelas makna dan strukturnya.
2) Kata Transisi
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu, dan utuh. Kata transisi menyatakan hubungan sebab akibat, hasil, pertentangan, waktu, syarat, cara, penegasan, tambahan informasi, gabungan, atau urutan.
Penulisan kata transisi harus diikuti koma.
Contoh:
     Salah satu akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu, sehingga kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah utama. Ironisnya, adanya kenaikan jumlah kebutuhan energi listrik tersebut tidak diimbangi dengan persediaan energi listrik yang memadai. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang dibuktikan dengan kebijakan pemadaman listrik secara bergilir maupun kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Jika dicermati, krisis persediaan energi listrik berjalan seiring dengan krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Oleh karena itu, Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Di Indonesia, misalnya, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih mayoritas disuplai dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil seperti PLTU Paiton yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU yang menjadi sentral pembangkit listrik untuk Jawa-Bali tersebut mutlak bergantung pada batu bara. Kenyataannya, persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya, semakin menipis. Fakta menunjukkan, sepanjang 2008 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke lima di dunia, cadangan bahan bakar fosil relatif kecil. Dengan demikian, konsumsi energi batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan.






c.  Ketuntasan paragraf
Ketuntasan paragraf ialah kesempurnaan paragraf. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut.
1) Klasifikasi, yaitu mengelompokkan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada 2 jenis, yaitu sederhana dan kompleks. Klasifikasi sederhana membagi sesuatu ke dalam dua kelompok, misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk,. Sedangkan klasifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya: besar-sedang-kecil, pengusaha besar-menengah-kecil, negara maju, negara berkembang, negara terbelakang.
2) Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh. Hal itu harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih, dan tidak valid.
Contoh:
     Salah satu akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu, sehingga kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah utama. Ironisnya, adanya kenaikan jumlah kebutuhan energi listrik tersebut tidak diimbangi dengan persediaan energi listrik yang memadai. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang dibuktikan dengan kebijakan pemadaman listrik secara bergilir maupun kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Jika dicermati, krisis persediaan energi listrik berjalan seiring dengan krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Oleh karena itu, Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Di Indonesia, misalnya, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih mayoritas disuplai dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil seperti PLTU Paiton yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU yang menjadi sentral pembangkit listrik untuk Jawa-Bali tersebut mutlak bergantung pada batu bara. Kenyataannya, persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya, semakin menipis. Fakta menunjukkan, sepanjang 2008 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke lima di dunia, cadangan bahan bakar fosil relatif kecil. Dengan demikian, konsumsi energi batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan.

Dalam paragraf ini semua gagasan didalamnya telah tuntas dalam pembahasannya dari masing-masing kalimat sehingga memiliki kesimpulan yang benar dan tegas.
d. Konsistensi sudut pandang dalam paragraf
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut pandang aku seolah-olah menceritakan dirinya sendiri. Selain itu, pengarang dapat menggunakan sudut pandang dia atau ia seolah-olah menceritakan dia. Dalam karya ilmiah, pengarang menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut pandang tersebut harus menggunakan secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir karya ilmiah.
Contoh:

     Salah satu akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu, sehingga kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah utama. Ironisnya, adanya kenaikan jumlah kebutuhan energi listrik tersebut pemerintah tidak mengimbangi dengan persediaan energi listrik yang memadai. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang dibuktikan dengan kebijakan pemerintah yaitu pemadaman listrik secara bergilir maupun kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Jika dicermati, krisis persediaan energi listrik berjalan seiring dengan krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Oleh karena itu, Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik yang digunakan pemerintah menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Di Indonesia, misalnya, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih mayoritas disuplai dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil seperti PLTU Paiton yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU yang menjadi sentral pembangkit listrik untuk Jawa-Bali tersebut mutlak bergantung pada batu bara. Kenyataannya, persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya, semakin menipis. Fakta menunjukkan, sepanjang 2008 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke lima di dunia, cadangan bahan bakar fosil relatif kecil. Dengan demikian, konsumsi energi batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan.

e. Keruntutan paragraf
Keruntutan paragraf adalah penyusunan urutan gagasan dalam karangan. Gagasan demi gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalir yang tidak pernah putus. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah, dan menyenangkan pembacanya. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara atau secara bersamaan dari berbagai cara: (1) penalaran, (2) kejelasan gagasan, makna, dan struktur, (3) kata transisi yang tepat, (4) kata ganti yang tepat, (5) ikatan makna yang jelas, (6) penggunaan idiomatic yang tepat, (7) komunikasi yang efektif (terpahami, merangsang kreativitas), (8) membangun suasana (ilmiah, onjektivitas, menyenangkan), dan (9) hubungan  antargagasan, antarkata, dan antarkalimat yang tidak terputus.
Menulis yang runtut menuntut pengendalian pikiran, emosi, dan kemauan. Oleh karena itu, penulis memerlukan: (1) kesabaran (konsistensi) sehingga tidak melewatkan pikiran penting dan menyajikannya dengan cara-cara tersebut. (2) Berketelitian tinggi dalam menghimpun gagasan, data, dan fakta yang tersebar menjadi satu sajian tulisan yang utuh, lengkap, dan menarik. (3) Ketekunan dalam menjaring (menyisir) pikiran  yang perlu ditulis dan yang harus dibuang, serta menyinergikan dengan himpunan kata, kalimat, tanda baca, paragraf, dan penalaran menjadi sajian yang sempurna. (4) Gigih yaitu menulis secara berkelanjutan sampai tuntas, dan tidak mengenal lelah. (5) Membaca dan menulis kembali menjadi naskah yang siap dikonsumsi oleh pembaca.
Contoh:
 Salah satu akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah adalah naiknya kebutuhan energi listrik di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu, sehingga kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah utama. Ironisnya, adanya kenaikan jumlah kebutuhan energi listrik tersebut pemerintah tidak mengimbangi dengan persediaan energi listrik yang memadai. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang dibuktikan dengan kebijakan pemerintah yaitu pemadaman listrik secara bergilir maupun kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Jika dicermati, krisis persediaan energi listrik berjalan seiring dengan krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Oleh karena itu, Relevansi krisis energi listrik dengan krisis bahan bakar fosil terjadi karena banyak pembangkit tenaga listrik yang digunakan pemerintah menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya. Di Indonesia, misalnya, pemenuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih mayoritas disuplai dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil seperti PLTU Paiton yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU yang menjadi sentral pembangkit listrik untuk Jawa-Bali tersebut mutlak bergantung pada batu bara. Kenyataannya, persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya, semakin menipis. Fakta menunjukkan, sepanjang 2008 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke lima di dunia, cadangan bahan bakar fosil relatif kecil. Dengan demikian, konsumsi energi batubara dan minyak bumi untuk jangka panjang bukan hal yang relevan.


  Paragraf ini telah memenuhi keruntunan paragraf, karena gagasan demi gagasan dijelaskan secara runtun hingga menemui suatu kesimpulan yang merupakan kalimat utamanya. Sehingga pembaca mudah dalam memahami isi bacaan dalam paragraf ini.

0 Response to "Menyusun Pagragraf Yang Baik"